Rabu, 28 Maret 2018

Kisah Manohara pada Relief Candi Borobdur

Relief Putri Manohara
Relief Cerita Manohara di Candi Borobudur
Cerita Putri Manohara sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Namun, beberapa tahun yang lalu gempar tentang kisah seorang wanita dari Indonesia yang mirip dengan cerita Putri Manohara. Masih ingat ya tentang seorang gadis bernama Manohara Odelia Pinot. Dia menikah dengan seorang Pangeran dari negeri Malaysia, namun kisahnya pilu karena mendapat perlakuan buruk dari suami dan keluarganya. Pengalaman gadis ini mirip dengan kisah Putri Manohara yang terdapat dalam cerita Buddhis seperti apa yang diceritakan dalam kitab Divyavadana.  Cerita Putri Manohara ini juga terpahatkan pada relif di Candi Borobudur, berlokasi di sebelah barat, lorong kedua candi Borobudur. Nama Manohara yang berarti "Cantik" adalah nama dari sesosok mahluk ‘Dewi Kinnara’ sejenis makhluk halus yang berkepala manusia namun berbadan burung. Putri Manohara adalah Kinnari yang tinggal di Gunung Kailasha. Dia adalah putri bungsu dari tujuh bersaudara, putri bungsu dari Raja Kinnara. Cerita selengkapnya seperti di bawah ini:

Alkisah seorang pemburu yang bernama Halaka mengunjungi seorang ‘Resi’ yang berdiam di tepi sebuah telaga, kemudian Resi menceritakan bahwa ada Dewi yang berbadan burung namun berkepala manusia, wajahnya sangat cantik dan memiliki suara yang merdu, lembut serta manis bagaikan madu.  Dewi ini adalah ‘Dewi Kinnara’ yang dapat berubah wujud menjadi seorang wanita yang sangat cantik.

Kemudian Halaka mendatangi Telaga itu. Dia menemukan Dewi-dewi Kinnara cantik yang sedang mandi. Dilihatnya seorang dewi yang paling cantik, dia adalah Manohara. Dengan menggunakan sebuah ‘jaring sakti’, Halaka menangkap Manohara ketika sedang mandi bersama dayang-dayangnya. Manohara yang tertangkap Halaka hanya dapat pasrah pada nasibnya saja, lalu dia menyerahkan ‘permata’ yang ditanam di dahinya pada Halaka, sedangkan dayang-dayangnya menghilang dalam ketakutan.

Halaka membawa Manohara ke sebuah kerajaan bernama "Pancala Selatan". Kemudian, putra mahkota kerajaan yang bernama ‘Sudhana’ melihat kecantikan Manoharā langsung jatuh cinta. Kemudian Halaka menyerahkan Manohara pada pangeran Sudhana untuk diboyong ke istana sebagai permaisuri.

Raja Kerajaan Pancala Selatan memiliki dua orang penasihat (Purohita), yang pertama sangat setia pada raja sedangkan yang kedua lebih setia pada pangeran Sudhana karena pernah dijanjikan akan diangkat menjadi penasihat ketika pangeran Sudhana naik tahta. Hal ini diketahui oleh penasihat pertama sehingga dia khawatir akan kehilangan jabatan ketika pangeran naik tahta kelak.

Kemudian dia mengatur siasat untuk menyingkirkan pangeran Sudhana dengan menyarankan Raja agar mengirim Sudhana untuk memadamkan pemberontakan yang tengah berkecamuk di suatu daerah di negeri ini, misi ini sangat berbahaya karena tujuh misi serupa sebelumnya selalu gagal melaksanakan tugasnya. Sebelum pergi untuk melaksanakan tugas yang diembannya, pangeran Sudhana kemudian menemui ibunya untuk menyerahkan Manohara beserta permata dari dahinya pada ibunya, dia mohon agar ibunya berkenan menjaga Manohara. 

Sungguh beruntung di tempat pemberontakan pangeran Sudhana memperoleh bantuan pasukan Yakṣa (peri) di bawah pimpin jendral ‘Pañciko’ yang diutus oleh ‘Raja Yakṣa”, sehingga dia mampu memadamkan pemberontakan tersebut. Setelah tugasnya selesai kemudian dia kembali ke istana.

Pada suatu malam raja merasa gelisah karena dibayangi mimpi buruk, penasihat raja kemudian menyarankan agar raja berkenan mengadakan upacara korban dengan cara mengorbankan Manohara, pada awalnya raja menolak tapi pada akhirnya dia menyetujui juga upacara korbanan ini. Manoharāa yang mendengar hal itu lalu minta tolong agar ibu mertuanya berkenan menolongnya, namun ibu mertuanya tidak menemukan cara untuk menyelamatkannya. Kemudian dia menyerahkan kembali permata pada Manohara, sehingga Manohara dapat terbang kembali ke ‘Negri Kinnara’.

Untuk mempermudah pangeran Sudhana menemukannya kelak maka dia singgah dulu ke tempat ‘Resi” di mana dia ditangkap. Kemudian Manoharā menyerahkan ‘cincin pengenal’ sebagai tanda darinya kepada ‘Resi’ untuk disampaikan pada pangeran Sudhana agar dapat menyusulnya kelak dan dia juga menunjukkan jalan ke ‘Negri Kinnara’.

Setelah menghadap Raja maka pangeran Sudhana menyerahkan semua harta pampasan kepada Raja, kemudian dia kembali ke istananya untuk menemui Manohara. Namun dia tidak menemukan Manoharā di istananya, kemudian ibunya menceritakan semua kejadian tersebut pada pangeran Sudhana, tanpa kehadiran Manohara hidupnya terasa hampa, kemudian dia bertanya pada Halaka tentang hal ini dan Halaka menganjurkan agar menemui Resi yang berdiam di tepi telaga.

Raja berusaha mencegah kepergian pangeran Sudhana dengan mengerahkan pasukan untuk menjaga pintu gerbang istana, namun pangeran Sudhana berhasil lolos dan tiba di tempat Resi dengan selamat, dengan bantuan ‘cincin pengenal’ dan petunjuk jalan maka dia berhasil tiba di ‘Negri Kinnara’.

Tidak jauh dari istana di ibukota ‘Negri Kinnara’ pangeran Sudhana melihat beberapa Kinnara sedang mengambil air untuk mandi putri Manohara, kemudian pangeran Sudhana meletakan ‘cincin pengenal’ di dalam pot air untuk diperlihatkan pada putrid Manohara. 

Setelah mendengar laporan dan melihat cincin tersebut maka secara rahasia pangeran Sudhana bisa dibawa ke istana untuk menghadap Raja Druma, awalnya raja ingin mencabik dan memotong Sudhana menjadi beberapa potongan namun akhirnya raja menerima dengan bersahabat, Raja meminta bukti kemampuan dan keterampilan pangeran Sudhana. Raja Druma, menantang Pangeran Sudhana untuk membuktikan keahliannya memanah pada para jago-jago panah di Kerajaan Utara. Pangeran Sudhana menyanggupi. Kompetisi digelar, adu memanah antara Pangeran Sudhana dengan para jagoan panah dari Kerajaan utara berlangsung. Terbukti, Pangeran Sudhana memang jago memanah dan setiap para ksatria Kerajaan Utara terkalahkan oleh skill memanahnya.

Raja Druma yang melihat kenyataan itu memahami bahwa Pangeran Sudhana memang benar mencintai anaknya. Syarat yang ia berikan pada menantunya itu juga sudah dipenuhi. Ia pun memberikan anaknya tercinta kembali ke suaminya.

Pangeran Sudhana dan istrinya, atas permintaan dari ayahanda Manohara, Raja Druma, mereka tinggal sementara di Kerajaan Utara. Sekian lama mereka tinggal di kerajaan itu, Pangeran Sudhana meminta diri untuk kembali ke Kerajaan Selatan dan menuntut atas tindakan ayahandanya pada istrinya.

Pangeran Sudhana memberontak pada Kerajaan Pancala Selatan, merebut tahta itu dari ayahandanya. Tak lama kemudian, ia berhasil menjadi raja di Kerajaan. Kemudian di Kerajaan Utara, Raja Druma yang sudah tua turun tahta dan menyerahkannya pada Pangeran Sudhana. Lewat Pangeran Sudhana, kerajaan di Pancala yang saling berseberangan dan berbeda ini disatukan untuk hidup dalam kemakmuran dan kedamaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar