Sabtu, 02 Maret 2019

Dewa Brahma Sang Pencipta ber-Muka Empat



Brahma adalah Dewa Pencipta berkepala atau bermuka empat dengan masing-masing muka menghadap kearah empat penjuru mata angin. Ini adalah simbolisme dari empat kitab Weda, Empat Yuga, dan empat warna. Dengan Kepala bermuka empat ini Dewa Brahma disebut sebagai Catur Anana atau Catur Mukha atau Asta Karna (delapan telinga).

Kitab Matsya Purana menceritakan bahwa kepala Brahma sebelimnya berjumlah lima, tapi tinggal empat karena dipotong oleh Dewa Siwa. Diceritakan bahwa Brahma mencipta seorang wanita dari tubuhnya sendiri yang diberinya lima buah nama; Satarupā, Sawitri, Saraswatī, Gāyatri, dan Brāhmani. Karena cantiknya, Brahma merasa tertarik, sehingga sang dewi terus dipandang. Satarupā yang merasa terus diperhatikan menghindar ke sebelah kanan. Dewa Brahma sebagai dewa besar malu untuk menoleh ke kanan dan karena itu muncul kepala Brahma ke dua di sebelah kanan. Begitu pula ketika Satarupā menghindar ke kiri, ke belakang, dan akhirnya muncul kepala Brahma yang kelima ketika Satarupā menghindar dengan terbang ke angkasa. Begitulah asal-usul Dewa Brahma memiliki muka lebih dari satu.

Tetang Kepala Brahma yang tinggal empat, menurut kitab Padma Purāna, ketika terjadi perselisihan antara Brahma dan Wişņu, Siwa datang melerai keduanya dengan mengabulkan permintaan keduanya. Brahma sangat gembira, sehingga lupa memberi penghormatan kepada Siwa. Siwa merasa kurang senang lalu menghampiri Brahma dan kemudian memotong salah satu kepalanya dengan kuku jari kirinya dan berkata’ “Kepala ini terlalu terang, akan memberikan kesulitan kapada dunia karena sinarnya yang terang melebihi seribu cahaya matahari.”

Brahma yang dikenal sebagai salah seorang dewa Trimūrti ini bila dibandingkan dengan dewa-dewa Trimūrti lainnya, yaitu Siwa dan Wişņu, tidaklah sebesar dan sepenting keduanya. Tidak ada kuil atau bangunan suci untuk memujanya, juga tidak ada aliran yang khusus memuja Brahma seperti yang terjadi pada aliran-aliran Siwait maupun Wişņuit. Walaupun tidak ada bangunan suci yang diperuntukkan kepadanya, dalam relung-relung kuil-kuil untuk Siwa dan Wişņu, umumnya di relung utara diletakkan arca Dewa Brahma yang kadang-kadang juga dipuja.


Dalam kitab suci Bhagawadgita, Dewa Brahma muncul dalam bab 8 sloka ke-17 dan ke-18; bab 14 sloka ke-3 dan ke-4; bab 15 sloka ke-16 dan ke-17. Dalam ayat-ayat tersebut, Dewa Brahma disebut-sebut sebagai Dewa pencipta, yang menciptakan alam semesta atas berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Bhagawadgita juga disebutkan, siang hari bagi Brahma sama dengan satu Kalpa, dan Brahma hidup selama seratus tahun Kalpa, setelah itu beliau wafat dan dikembalikan lagi ke asalnya, yakni Tuhan Yang Maha Esa

Dalam ajaran-ajaran Weda dikatakan bahwa pada mulanya di saat dunia masih diselubungi oleh kegelapan, ketiKA belum tercipta apa pun, Ia, makhluk yang ada dengan sendirinya yang tanpa awal dan akhir, berkeinginan mencipta alam semesta dari tubuhnya sendiri.

Mula-mula ia menciptakan air, kemudian menyebarkan bermacam-macam benih-benihan. Dari benih-benih ini kemudian muncul telur emas yang bersinar seperti cahaya matahari. Dari telur emas inilah Brahma lahir yang merupakan perwujudan dari Sang Pencipta itu sendiri. Menurut kitab Wişņu Purāna, telur emas itu merupakan tempat tinggal Sang pencipta selama ribuan tahun yang akhirnya pecah, dan muncullah Brahma dari dalamnya untuk mencipta dunia dengan segala isinya.

Brahma, seperti juga Siwa dan Wişņu, memiliki bermacam-macam nama sebutan, di antaranya adalah Atmabhu (yang ada dengan sendirinya), Annawūrti (pengendara angkasa), Ananta (yang tiada akhir), Bodha (guru), Bŗhaspat (raja yang agung), Dhātā(pencipta), Druhina (sang pencipta), Hiranyagarbha (lahir dari telur emas), Lokesha(raja seluruh dunia), Prajāpati (raja dari segala makhluk), dan Swayambhū (yang ada dengan sendirinya). Di dalam mitologi Hindu dikatakan bahwa wahana (kendaraan) Brahma adalah hamsa (angsa).

Binantang-binantang yang dijadikan sebagai kendaraan para dewa pada kenyataannya merupakan manifestasi dari sifat-sifat para dewa itu sendiri. Hamsa adalah simbol dari “kebebasan” untuk hidup kekal. Sifat seperti ini dimiliki oleh Brahma. Hamsa merupakan binatang yang dapat hidup di dua alam, dapat berenang di air, dan terbang ke angkasa. Di air ia dapat berenang semaunya dan di angkasa ia dapat terbang ke mana saja ia suka. Ia mempunyai kebebasan, baik di bumi (= air) maupun di angkasa.


Simbol-Simbol Dewa Brahma

1 . Empat Wajah
Empat wajah / empat kepala menggambarkan simbol dari empat weda (Reg weda , Sama weda , Yajur weda dan Atharwa weda) dan masing-masing muka menghadap kearah yang berbeda-beda yaitu arah utara , selatan , barat , timur . Karena memiliki empat kepala, brahma juga dikenal sebagai catur anana atau catur mukha atau asta karna (delapan telinga).

2 . Empat Tangan
Brahma empat lengan mewakili empat arah mata angin timur, selatan, barat, dan utara. Tangan kanan kembali merupakan pikiran, tangan kiri belakang mewakili kecerdasan, tangan kanan depan ego, dan tangan kiri depan kepercayaan diri.

3 . Manik-manik Doa
Manik-manik doa melambangkan zat yang digunakan dalam proses penciptaan.

4 . Buku - Buku
Buku-buku melambangkan pengetahuan.

5 . Emas
Emas-emas melambangkan kegiatan, wajah emas dewa brahma menunjukkan bahwa Ia secara aktif terlibat dalam proses penciptaan alam semesta.


6 . Angsa
Angsa adalah simbol rahmat dan kebijaksanaan. Dewa brahma menggunakan angsa sebagai wahana (kendaraan)

7 . Mahkota
Mahkota Brahma mengindikasikan otoritas tertinggi nya.

8 . Bunga Teratai
Bunga teratai melambangkan alam dan esensi hidup segala sesuatu dan makhluk di alam semesta.

9 . Jenggot
Jenggot hitam atau putih dewa brahma ini menunjukkan kebijaksanaan dan proses abadi penciptaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar